Konspirasi ala filem holywood

Melihat Antasari mantan ketua KPK hadir di Mata Najwa semalam, saya jadi teringat dengan kisah pembunuhan fiksi cinta segitiga di era SBY yang sangat lebay dan janggal. Ibarat film, banyak bagian yang kurang masuk akal.

Sejak seword booming dengan beberapa artikel Pakar Mantan menjawab, sebenarnya sudah ada banyak sekali yang inbox dan ingin agar kasus Antasari dibahas. Tapi penasehat hukum saya mengatakan sebaiknya tidak dibahas, sebab Antasari sebentar lagi akan dibebaskan. Dibanding membuka luka lama dan berpotensi mengusik penguasa yang dulu, lebih baik biarkan Antasari keluar dengan tenang.

Alasan tersebut sangat masuk akal. Jadi apapun yang ingin saya bahas tentang Antasari akhirnya dibatalkan. Sebab kadang untuk mencapai tujuan baik, kita harus melupakan beberapa kejahatan.

Tapi semalam Antasari sudah berbicara secara lugas dan jelas, untuk itu saya berani ikut menuliskannya. Sebagai catatan sejarah bahwa negara ini pernah mengalami skenario pembunuhan yang terstruktur, sistematis dan massif untuk memenjarakan seorang ketua KPK.

Jadi begini para pembaca seword.com yang ganteng, cantik, baik hati, rajin dan tidak sombong. Kasus fiktif Antasari ini diskenariokan seolah-olah Antasari membunuh Nasrudin Zulkarnaen karena motif cinta segitiga. Jadi Antasari diskenariokan rebutan Rani Juliani dengan Nasrudin. Lalu Antasari menyuruh orang untuk membunuh Nasrudin. Setelah itu ditangkaplah Antasari sebagai dalang (otak) dari pembunuhan berencana.

Namun semua cerita tersebut semalam dibantah langsung oleh Antasari:

“Saya tegaskan malam ini, tidak ada cinta segitiga, omong kosong itu semua. Dan saya tidak lakukan pembunuhan, apalagi otaknya,” ucap Antasari Azhar saat awal duduk di meja Mata Najwa.

“Opini yang dibangun memang begitu. Tapi putusan yang saya terima tidak seperti itu. Ini yang mungkin publik tidak memahami. Saya dituduh turut serta membunuh. Masalahnya, saya turut serta siapa? Sejak saya di PN, banding, kasasi, sampai PK itu (tuduhannya) turut serta. Bukan otak pembunuhan,” lanjut Antasari Azhar.

Kasus pembunuhan Nasrudin menjadi semakin menarik karena keluarga korban malah berpihak pada Antasari, mereka mendorong agar kasus ini dibuka dan dicari tau dalangnya.

“Dari awal saya dengar kasus ini, saya yakin bahwa Antasari Azhar memang bukan pelakunya. Pada saat itu saya berkata, ada orang besar, pejabat besar, yang menjadi dalang dari pembunuhan saudara saya. Yang jelas orang besar itu punya kekuasaan, mampu menggerakkan siapa saja, itulah org besar. Kalau Pak Antasari, Ketua KPK, tidak punya kemampuan apa-apa dia,” kata Andi Syamsudin, adik kandung almarhum Nasrudin.

Andi juga bercerita bahwa tidak terlalu kaget kalau kakaknya dibunuh. Sebab beberapa hari sebelumnya Nasrudin sudah cerita sedang diancam dan diteror.

“Yg jelas banyak yang dia (Nasrudin) ketahui, di dalam perusahaan BUMN itu sendiri. Tapi tidak bisa saya utarakan di sini,” kata Andi Syamsudin.

Melihat Andi Syamsudin, keluarga korban atau adik Nasrudin berubah haluan memihak pada Antasari, dan menginginkan pembunuh aslinya ditangkap, maka pengacara keluarga Nasrudin juga berbalik memihak Antasari.

“Ketika Pak Andi tidak percaya dan ingin bersama Pak Antasari mengungkap siapa pembunuhnya, saya otomatis ikut. Dosa apapun saya kurang teliti waktu itu. Harusnya saya melihat SMS dulu yang benar, buka HP-nya. Saya cuma dijanjikan saja, dan kemudian dikatakan Pak Andi sudah melihat, ternyata belum, jadi diadu domba saja,” kata Boyamin Saiman, pengacara Nasrudin.

“Itu setting-an yg cukup piawai, namun settingan apapun suatu saat akan terbongkar,” Andi Syamsudin.

SMS yg dimaksud adalah SMS ancaman yang diberikan Antasari Azhar kepada Nasrudin Zulkarnaen. Namun sebenarnya SMS tersebut pun hanya rekayasa.

Apa dosa Nasrudin?

Sebelum meninggal, Nasrudin melaporkan pada KPK terkait adanya kasus korupsi di tempatnya bekerja, PT Rajawali Nusantara Indonesia. Nasrudin merupakan salah satu saksi kunci kasus yang sudah menempatkan mantan Dirut PT RNI Rama Prihandana serta mantan Direktur Keuangan RNI Ranendra Dangin, sebagai tersangka. Korupsi itu terjadi antara tahun 2004 hingga tahun 2007, Nasrudin sempat menjabat sebagai staf ahli di PT RNI. Ia disebut-sebut paling banyak tahu dugaan korupsi impor gula pasir putih yang dilakukan atas kerja sama PT RNI dengan Bulog itu.

Faktor Nasrudin melapor ke KPK dan menjadi saksi kunci inilah yang kemudian menjadi alasan paling masuk akal mengapa Nasrudin harus dilenyapkan, karena berpotensi membongkar mega korupsi Bulog dan BUMN.

Apa dosa Antasari?

Sebelum terkena kasus pembunuhan fiktif Nasrudin, Antasari telah memenjarakan banyak koruptor. Namun yang paling tidak bisa diampuni adalah besan SBY, Aulia Pohan, juga ikut dipenjarakan atas kasus korupsi pencairan dana yayasan BI sebesar 100 milyar. Aulia Pohan hanyalah salah satu dari beberapa orang BI yang juga diciduk KPK era Antasari.

SBY dikabarkan marah besar karena besannya sendiri terkena kasus korupsi dan dipenjara. Apalagi saat itu menjelang Pemilu 2009. Namun SBY memang cerdas. Dalam kondisi tertekan seperti itu, SBY malah memanfaatkan ditangkapnya Aulia Pohan untuk menunjang citra baiknya. “Demokrat anti korupsi. SBY tak pandang bulu, bahkan besannya pun dipenjara,” begitulah opini publik yang terbentuk saat itu dan berhasil meyakinkan banyak orang untuk memilih SBY.

Skenario 2 pulau terlampaui

Pernyataan Andi Syamsudin semalam yang menyebut ada “orang besar” sebagai dalang pembunuhan Nasrudin adalah sebuah pernyataan yang sangat mudah dipahami.

Comments

Popular posts from this blog

FILOSOFI "MENCARI TAPAKE KUNTOL MABOR" kepasraahan terhadap alloh

Cara Tracking Astro (Measat 3) Dan Indovision (Ses 7) Dalam Satu Dish/Parabola

APA YANG DIMAKSUD DENGAN MANUNGGALING KAWULO GUSTI