APA YANG DIMAKSUD DENGAN MANUNGGALING KAWULO GUSTI
Ajaran pemantapan keyakinan, yaitu pembukanya kawruh (ilmu) “Manunggaling Kawula Gusti” yang memberikan wangsit (petunjuk) keteguhan untuk bisa yakin bahwa hidup kita pribadi sesungguhnya dirasuki Dzatnya Pangeran Pangeran (Dzat Urip, Sejatining Urip). Pangeran itu bertahtanya pada hidup kita yang sejati. Dwitunggal (roroning atunggal) yang disebut dan yang menyebut. Sedangkan pengertian utusan itu cahaya hidup kita pribadi, karena cahaya hidup kita itu menjadi pertanda adanya Pangeran. Maksudnya : “Sesungguhnya nyata semua datang kepada kamu utusan Pangeran (memancar) keluar dari dirimu sendiri. Sebenarnya utusan itu mencukupi semuayang kamu inginkan, kalau percaya pasti mendapatkan pengampunan dari Pangeran”. Bila bias menerima petunjuk yang seperti ini supaya awas dan hati-hati, ya hidup kita ini bertahtanya nugraha dan anugrah. Nugraha itu gusti (tuan) sedang anugrah itu kawula (abdi). Bersatu tanpa batas pemisah dalam badan kita sendiri.Jadi menurut pemahaman saya pribadi, bahwa yang dimaksud dengan kawula itu adalah jiwa kita dan yang dimaksud dengan Gusti itu adalah Ruh kita. Mengenai pengertian jiwa dan ruh bisa dibaca pada artikel yang saya dibawah ini.Definisi Jiwa dan RuhJiwaHai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (Al Fajr :27-30)Saya sangat terkesan dengan ayat ini. Ada kerinduan untuk dipanggil oleh Allah dengan mesra. Tapi mungkinkah? Karena jiwa masih pekat dengan kabut dosa, sangatlah sulit untuk membuatnya menjadi cemerlang. Masih sering terngiang di telinga akan pesan Allah lewat firman-Nya :Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy Syams:9-10)Defenisi JiwaDidalam sebuah artikel dijelaskan bahwa jiwa mampu menyimpan semua memori dari semenjak sejak lahir sampaijasad meninggal. Ibarat sebuah server yang besar, mampu menyimpan data yang besar pula. Tidak ada yang luput dari server ini, semua tersimpan dengan baik. Baik itu data kejahatan maupun data kebaikan. Berbeda dengan memori otak yang sangatlah terbatas. Misalnya kita disuruh untuk menghapal type mobil dan warnanya yang kita jumpai sepanjang perjalanan dari rumah ke kantor. Sudah tentu terbatas sekali yang dapat kita hapalkan. Namun kalau jiwa yang merekam, sangatlah akurat. Jangankan type mobil dan warnanya. No. Polisinya pun terekam dengan baik bahkan dijalan apa dan pada jam berapa kita menjumpainya.Data kejahatan membuat jiwa menjadi redup cahayanya atau bahkan padam sama sekali. Sedangkan data kebaikan membuat jiwa menjadi bersinar terang. Dan sinar ini mampu menghalau cahaya gelap.Dan di akherat kelak data di server ini akan di tampilkan semua. Didalam DOS kita biasa mengetik perintah DIR, makasemua polder akan muncul. Begitu pula dengan jiwa, semua akan ditampilkan sedetail-detailnya dari yang sekecil-kecilnya.Namun sebenarnya file kejahatan tidak semuanya akan ditampilkan. Karena ada fasilitas Delete File atau Hidden File.Siapa yang bisa melakukan ini. Ya…pasti pemilik server tentunya. Allah Rabbal Alamin. Dia mengampuni siapa yang di kehendakinya.Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar:53)Semakin terang cahaya jiwa, semakin dekatlah ia kepada Allah. Dan semakin berat pula godaan iblis. Karena iblis akanselalu mengirimkan pasukannya silih berganti untuk melalailkan sang jiwa ini. Dan jangan tanya berapa banyaknya. Semakin bersih jiwa semakin kuat iblis yang dikirimkan.Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (Al A'raaf:16-17)Banyak yang rancu antara JIWA (nafs) dan RUH. Banyak yang menganggapnya sama, padahal sesungguhnya keduanya sangat berbeda.Yang seperti apakah Jiwa itu? Jiwa adalah badan halus manusia, yang bisa bepergian – keluar dari Jasad wadag, ketika manusia sedang bermimpi, atau ketika ber ’OBE’ ria (Out of Body Experience) atau PLB – Perjalanan Luar Badan.Jiwa, merupakan tubuh halus manusia. Jiwa memiliki perangkat-perangkat yang menyebabkan manusia dicap sebagai makhluk sosial, makhluk cerdas (Aqal), makhluk spiritual (Qolbu). Jiwa yang menanggung semua akibat perbuatan tubuh fisik dan tubuh eterik.Jiwa diciptakan sempurna tanpa cacat. Tidak ada yang terlahir sakit jiwa. Nggak ada bayi edan. Jiwa adalah putih bersih ketika dilahirkan, lingkungan dan pengalamanlah yangmembuatnya bisa tetap putih atau kotor.Komponen-Komponen JiwaKomponen yang dimiliki jiwa: Nafsu (sahwat, emosi), Hasrat (keinginan, ego), Aqal, Qolbu, dll.Indera JiwaIndera Jiwa sering disebut pula sebagai Indera bathin. Jiwa juga memiliki indra penglihatan dan pendengaran. Dari situlah setan (dan jin) memberikan pengaruhnya ke jiwa, berupa suara-suara dihati kita yang mengajak ke perbuatan negatif.QolbuQolbu adalah Jantungnya Jiwa. Qolbulah yang menentukan baik-buruknya Jiwa. Gelap-terangnya Jiwa.Sesungguhnya Ruh itu selalu mengajak Jiwa ke jalan yang lurus, tetapi setan sangat gigih mengobok-obok instrumen-instrumen Jiwa agar sesat.[Firman Allah dalam Al-Qur’an: Setan adalah musuh yang nyata]Suara-suara di Qolbu (hati)• Suara si jiwa sendiri• Suara Ruh kita• Suara makhluk lainTingkatan Kesadaran JiwaSecara garis besar, ada 7 (tujuh) lapisan yang membatasi antara Jiwa dan Ruh, yang berkorelasi dengan tingkatan kesadaran Jiwa.Lapisan tersebut hanya bisa ‘terbuka’ dengan melalui sedikit cara. Salah satu caranya adalah dengan ‘serius’ berupaya membersihkan diri, membersihkan Jiwa, membersihkan Qolbu (hati) dengan NIAT mendekatkan diri kepada ALLAH SWT - Sang Khalik. Atau merupakan sebuah anugrah karunia-NYA (given).Lapisan ini berubah menjadi hijab kalau kotor. Bila pada lapisan 1 yang kotor (hijab) berakibat komunikasi antara Jiwa dengan Ruh terganggu. Muncullah penyakit non-fisik / kejiwaan (nafs) seperti pemarah, kejam, nafsuan, dll).Nafs Lawwamah, Ammarah-bissu, dan nafs muthmainah.Terbukanya (bersihnya) masing-2 lapisan tersebut, akan menumbuhkan kesadaran dan kemampuan Jiwa yang lebih tinggi [orang bilang ilmu laduni – ’ngkali].Kesadaran Ruhiah – IlahiahKesadaran tertinggi dari Jiwa adalah Kesadaran Ruhiah. Inilah yang didambakan oleh para pejalan spiritual. Tujuan akhirRuhAl-Israa'(17): 85”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’ “.Ruh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk. Jadi ruh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri.“Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (Al Hijr:29)Pengertian “roh KU”? Roh milik Allah. Roh ciptaan dan milik Allah, yang ditiup masuk oleh Allah ke dalam Jasad manusia.Bila manusia meninggal maka ruh ini akan kembali ke Sang Pencipta.“akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14).Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku".Tidak ada yang namanya Ruh (Roh) jahat, gentayangan, ataupun lainnya. Sesungguhnya Ruh itu selalu mengajak jiwa ke jalan yang lurus, tetapi setan sangat gigih mengobok-obok instrumen-instrumen yang dimiliki jiwa agar sesat.[Firman ALLAH dalam Al-Qur’an: Setan adalah musuh yang nyata]Kemana Tubuh Fisik, Eterik, Jiwa dan RUH Pergi Ketika Meninggal Dunia?Kembalinya RuhRUH, yang saya tidak tahu sedikitpun esensinya, akan langsung kembali kepada Sang Pencipta.Kembalinya Tubuh FisikTubuh Fisik yang tersusun dari materi duniawi akan kembali menjadi materi-materi tanah. Tidak ada lagi kesadaran yang tersisa. Tak ada lagi cerita.Tubuh Jiwa, kemana perginya?Kemana perginya sangat tergantung dengan Keyakinan dan Laku Amal-Ibadah yang dilakoninya selama hidup didunia. Ketika kita memuja (membuka hati kepada) mahluk lain bukan kepada Allah SWT, kita mempersembahkan energi kitakepada sesama mahluk, baik manusia ataupun mahluk lain walau mereka berada di dimensi yang lebih tinggi, maka secara langsung kita membatasi diri kita sendiri dan potensi spiritual kita. Setiap saat kita membuka hati kita untuk hal/mahluk lain selain untuk berhubungan langsung dengan Allah SWT, maka kita tersesat dari tujuan hidup yang sebenarnya.Orang yang menghambakan diri, menggadaikan diri kepada selain Allah Yang Maha Esa, akan ditarik janji gadainya. Orang yang mencari pesugihan lewat gunung abc, akan ditagih jiwanya sebagai balasan kekayaan materi yang didapatnya selama hidup oleh penunggu gunung abc. Orangatheis, kafir yang tidak percaya adanya Allah SWT, apalagi suka berbuat dzalim, Jiwanya gelap matanya buta dan telinganya tuli. Tidak bisa melihat dan mendengar apa-apa. Jiwanya akan menunggu dalam dimensi kegelapan, hingga sangkakala berbunyi.Orang yang beriman, yang berserah diri, yang suci, Yang matisahid, Jiwanya akan langsung terbang, entah menuju dan menunggu dilangit yang mana. Tingginya langit yang bisa disambangi, tingginya surga yang akan didiami, berbanding lurus dengan Kemurnian Tauhid yang diyakini dan dijalani.Dengan demikian terserah kepada diri kita masing-masing. Apakah kita tega mengotori jiwa kita atau justru membersihkannya?Allah menjadikan Adam (manusia) sesuai dengan citra-Nya.Setelah jasad Adam dijadikan dari alam jisim, kemudian Allahmeniupkan ruh-Nya ke dalam jasad Adam. Allah berfirman:Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan Akutiupkan kepadanya ruh-Ku (QS. 15: 29)Jadi jasad manusia, menurut para sufi, hanyalah alat, perkakasatau kendaraan bagi rohani dalam melakukan aktivitasnya.Manusia pada hakekatnya bukanlah jasad lahir yang diciptakandari unsur-unsur materi, akan tetapi rohani yang berada dalamdirinya yang selalu mempergunakan tugasnya.Karena itu, pembahasan tentang jasad tidak banyak dilakukanpara sufi dibandingkan pembahasan mereka tentang ruh (al-ruh),jiwa (al-nafs), akal (al-'aql) dan hati nurani atau jantung(al-qalb).RUH DAN JIWA (AL-RUH DAN AL-NAFS)Banyak ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad.Ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakanjasad sebagai alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alamciptaan, yang dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahlisufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahidan cenderung kembali ke asal semula. Ia selalu dinisbahkankepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci.Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelahditiup Allah dan berada dalam jasad, ia tetap suci. Ruh didalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral yang baikdan mulia. Jika ruh merupakan sumber akhlak yang mulia danterpuji, maka lain halaya dengan jiwa. Jiwa adalah sumberakhlak tercela, al-Farabi, Ibn Sina dan al-Ghazali membagijiwa pada: jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa hewani(binatang) dan jiwa insani.Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yangorganis dari segi makan, tumbuh dan melahirkan. Adapun jiwahewani, disamping memiliki daya makan untuk tumbuh danmelahirkan, juga memiliki daya untuk mengetahui hal-hal yangkecil dan daya merasa, sedangkan jiwa insani mempunyaikelebihan dari segi daya berfikir (al-nafs-al-nathiqah).Daya jiwa yang berfikir (al-nafs-al-nathiqah ataual-nafs-al-insaniyah). Inilah, menurut para filsuf dan sufi,yang merupakan hakekat atau pribadi manusia. Sehingga denganhakekat, ia dapat mengetahui hal-hal yang umum dan yangkhusus, Dzatnya dan Penciptaannya.Karena pada diri manusia tidak hanya memiliki jiwa insani(berpikir), tetapi juga jiwa nabati dan hewani, maka jiwa(nafs) manusia mejadi pusat tempat tertumpuknya sifat-sifatyang tercela pada manusia. Itulah sebabnya jiwa manusiamempunyai sifat yang beraneka sesuai dengan keadaannya.Apabila jiwa menyerah dan patuh pada kemauan syahwat danmemperturutkan ajakan syaithan, yang memang pada jiwa itusendiri ada sifat kebinatangan, maka ia disebut jiwa yangmenyuruh berbuat jahat. Firman Allah, "Sesungguhnya jiwa yangdemikian itu selalu menyuruh berbuat jahat." (QS. 12: 53)Apabila jiwa selalu dapat menentang dan melawan sifat-sifattercela, maka ia disebut jiwa pencela, sebab ia selalu mencelamanusia yang melakukan keburukan dan yang teledor dan lalaiberbakti kepada Allah. Hal ini ditegaskan oleh-Nya, "Dan Akubersumpah dengan jiwa yang selalu mencela." (QS. 75:2).Tetapi apabila jiwa dapat terhindar dari semua sifat-sifatyang tercela, maka ia berubah jadi jiwa yang tenang (al-nafsal-muthmainnah). Dalam hal ini Allah menegaskan, "Hai jiwayang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa puaslagidiridhoi, dan masuklah kepada hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam Surga-Ku." (QS. 89:27-30)Jadi, jiwa mempunyai tiga buah sifat, yaitu jiwa yang telahmenjadi tumpukan sifat-sifat yang tercela, jiwa yang telahmelakukan perlawanan pada sifat-sifat tercela, dan jiwa yangtelah mencapai tingkat kesucian, ketenangan dan ketentraman,yaitu jiwa muthmainnah. Dan jiwa muthmainnah inilah yang telahdijamin Allah langsung masuk surga.Jiwa muthmainnah adalah jiwa yang selalu berhubungan denganruh. Ruh bersifat Ketuhanan sebagai sumber moral mulia danterpuji, dan ia hanya mempunyai satu sifat, yaitu suci.Sedangkan jiwa mempunyai beberapa sifat yang ambivalen. Allahsampaikan, "Demi jiwa serta kesempurnaannya, Allahmengilhamkan jiwa pada keburukan dan ketaqwaan." (QS.91:7-8).Artinya, dalam jiwa terdapat potensi buruk dan baik, karenaitu jiwa terletak pada perjuangan baik dan buruk.HATI SUKMA (QALB)Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb.Sebenarnya terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung,bukan hati atau sukma. Tetapi, dalam pembahasan ini kitamemakai kata hati sebagaimana yang sudah biasa. Hati adalahsegumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak didada sebelah kiri. Hati dalam pengertian ini bukanlah objekkajian kita di sini, karena hal itu termasuk bidang kedokteranyang cakupannya bisa lebih luas, misalnya hati binatang,bahkan bangkainya.Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yanghalus, hati-nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yangada pada hati, di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yangdisebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumberpengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allahberfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakanmemahaminya." (QS. 7:1-79).Dari uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan sementara,bahwa menurut para filsuf dan sufi Islam, hakekat manusia itujiwa yang berfikir (nafs insaniyah), tetapi mereka berbedapendapat pada cara mencapai kesempurnaan manusia. Bagiparafilsuf, kesempurnaan manusia diperoleh melalui pengetahuanakal (ma'rifat aqliyah), sedangkan para sufi melaluipengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Akal dan hati sama-samamerupakan daya berpikir.Menurut sufi, hati yang bersifat nurani itulah sebagai wadahatau sumber ma'rifat --suatu alat untuk mengetahui hal-halyang Ilahi. Hal ini hanya dimungkinkan jika hati telah bersihdari pencemaran hawa nafsu dengan menempuh fase-fase moraldengan latihan jiwa, serta menggantikan moral yang terceladengan moral yang terpuji, lewat hidup zuhud yang penuh taqwa,wara' serta dzikir yang kontinyu, ilmu ladunni (ilmu Allah)yang memancarkan sinarnya dalam hati, sehingga ia dapatmenjadi Sumber atau wadah ma'rifat, dan akan mencapaipengenalan Allah Dengan demikian, poros jalan sufi ialahmoralitas.Latihan-latihan ruhaniah yang sesuai dengan tabiat terpujiadalah sebagai kesehatan hati dan hal ini yang lebih berartiketimbang kesehatan jasmani sebab penyakit anggota tubuhluarhanya akan membuat hilangnya kehidupan di dunia ini saja,sementara penyakit hati nurani akan membuat hilangnyakehidupan yang abadi. Hati nurani ini tidak terlepas daripenyakit, yang kalau dibiarkan justru akan membuatnyaberkembang banyak dan akan berubah menjadi hati dhulmani--hati yang kotor.Kesempurnaan hakikat manusia (nafs insaniyah) ditentukan olehhasil perjuangan antara hati nurani dan hati dhulmani. Inilahyang dimaksud dengan firman Allah yang artinya,"Sesungguhnyaberuntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan rugilahorang yang mengotorinya." (QS. 91:8-9).Hati nurani bagaikan cermin, sementara pengetahuan adalahpantulan gambar realitas yang terdapat di dalamnya. Jikacermin hati nurani tidak bening, hawa nafsunya yang tumbuh.Sementara ketaatan kepada Allah serta keterpalingan darituntutan hawa nafsu itulah yang justru membuat hati-nuranibersih dan cemerlang serta mendapatkan limpahan cahaya dariAllah Swt.Bagi para sufi, kata al-Ghazali, Allah melimpahkan cahaya padadada seseorang, tidaklah karena mempelajarinya, mengkajinya,ataupun menulis buku, tetapi dengan bersikap asketis terhadapdunia, menghindarkan diri dari hal-hal yang berkaitandengannya, membebaskan hati nurani dari berbagai pesonanya,dan menerima Allah segenap hati. Dan barangsiapa memilikiAllah niscaya Allah adalah miliknya. Setiap hikmah muncul darihati nurani, dengan keteguhan beribadat, tanpa belajar, tetapilewat pancaran cahaya dari ilham Ilahi.Hati atau sukma dhulmani selalu mempunyai keterkaitan dengannafs atau jiwa nabati dan hewani. Itulah sebabnya ia selalumenggoda manusia untuk mengikuti hawa nafsunya. Kesempurnaanmanusia (nafs nathiqah), tergantung pada kemampuan hati-nuranidalam pengendalian dan pengontrolan hati dhulmani. Wallahu A'lamubish-Shawab.
Comments
Post a Comment