Pemuda Muhammadiyah: Hentikan Isu Intoleransi dan Radikalisme
Putaran kedua pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 telah usai. Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan segala hiruk pikuk yang terjadi selama pilkada DKI Jakarta yang menjurus ke perpecahan harus disudahi.
Dia mengatakan sudah saatnya warga kembali bersatu, memajukan, dan menggembirakan Indonesia. Dia percaya tidak ada tempat bagi intoleransi dan radikalisme di tanah Indonesia. "Mayoritas umat beragama terutama umat Islam menempatkan Pancasila sebagai kesepakatan bersama sebagai bangsa," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (19/4).
Dahnil mengatakan tuduhan suburnya radikalisme dan intoleransi bagi Pemuda Muhammadiyah adalah upaya kampanye propoganda politik untuk menuduh kelompok politik tertentu. Mereka, kata Dahnil, seolah memberikan label generatif terhadap sikap politik yang berbeda. Oleh sebab itu, dia berharap isu menuduh pihak lain yang berbeda sikap dengan tuduhan radikalis dan intoleran tidak lagi dilakukan pada momentum politik berikutnya. Hal ini karena tindakan seperti itu justru menjadi ancaman terhadap keberagaman dan Pancasila.
"Jadi setop menjadikan toleransi dan keberagaman sekadar komoditi dan propoganda politik. Mari momentum usainya pilkada DKI Ini kita menghadirkan toleransi yang otentik, bukan toleransi yang dipenuhi praktik rente dan politicking," kata Dahnil.
Dia mengatakan sudah saatnya warga kembali bersatu, memajukan, dan menggembirakan Indonesia. Dia percaya tidak ada tempat bagi intoleransi dan radikalisme di tanah Indonesia. "Mayoritas umat beragama terutama umat Islam menempatkan Pancasila sebagai kesepakatan bersama sebagai bangsa," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (19/4).
Dahnil mengatakan tuduhan suburnya radikalisme dan intoleransi bagi Pemuda Muhammadiyah adalah upaya kampanye propoganda politik untuk menuduh kelompok politik tertentu. Mereka, kata Dahnil, seolah memberikan label generatif terhadap sikap politik yang berbeda. Oleh sebab itu, dia berharap isu menuduh pihak lain yang berbeda sikap dengan tuduhan radikalis dan intoleran tidak lagi dilakukan pada momentum politik berikutnya. Hal ini karena tindakan seperti itu justru menjadi ancaman terhadap keberagaman dan Pancasila.
"Jadi setop menjadikan toleransi dan keberagaman sekadar komoditi dan propoganda politik. Mari momentum usainya pilkada DKI Ini kita menghadirkan toleransi yang otentik, bukan toleransi yang dipenuhi praktik rente dan politicking," kata Dahnil.
Comments
Post a Comment